Mengenang Indahnya Kehidupan Masa Tingkat Persiapan Bersama IPB

Salam, semua!

Dengan random, saya ingin menapak tilas memori kehidupan semasa kuliah S1 dulu. More precisely, masa-masa kuliah tahun pertama di IPB.

***

Berkenalan dengan TPB

Juli 2011, alhamdulillah saya telah selesai dengan kebimbangan klasik yang dialami oleh kebanyakan siswa SMA kelas 3: Kuliah dimana ya? Daftar perguruan tinggi kedinasan macam STAN dkk tidak ya? Ambil jurusan apa ya? Prospek jurusan ini apa ya?

stan stis

Dua sekolah kedinasan yang sangat menggoda di mata anak SMA

Saya bertolak ke Bogor dengan hati mantab untuk mengenyam pendidikan tinggi di Departemen Matematika IPB. Sejatinya tak sepenuhnya mantab. Ada sedikit rasa khawatir sekaligus tertantang mengingat saya harus merantau, hidup jauh dari orang tua untuk pertama kalinya.

Sebagai siswa yang baru saja selesai dengan SMA, saya sudah tidak sabar menjawab keingintahuan tentang apa yang akan saya pelajari di kuliah. Akan kah saya langsung berkutat dengan beragam teorema matematika?

Eh, ternyata. Tak secepat itu anak muda!

Sebagai mahasiswa baru dengan jalur masuk SNMPTN undangan yang lebih awal, kami mendapatkan privilege untuk menjajal TPB dengan mengikuti program matrikulasi. Saya mendapatkan kelas fisika. Selama satu bulan, setiap hari saya kulah fisika lengkap dengan praktikumnya. Kenapa ini privilege? Karena kalau tidak lulus atau kurang puas dengan hasil matrikulasi, kita dapat langsung mengulang mata kuliah tersebut tanpa harus menunggu semester pendek atau bahkan tahun selanjutnya.

Di pertemuan pertama kelas matrikulasi, saya cukup terkejut saat dosen menerangkan pointer silabus hal yang akan dipelajari. Sebab saya rasa semuanya sudah pernah saya pelajari di SMA. Mekanika klasik, kalor, listrik magnet, dan teman-temannya. Lho kok begini?

 TPB: Tingkat Persiapan Bersama

Serupa dengan ITB, IPB juga menerapkan program TPB untuk mahasiswa tingkat satunya. Maksudnya, pada tingkat satu, seluruh mahasiswa (apapun jurusannya) akan mendapatkan mata kuliah dasar yang sifatnya umum. Sebagian besar dari mata kuliah tersebut tak lain adalah pelajaran yang telah familiar pada masa SMA. Mereka adalah  matematika, fisika, kimia, biologi, pendidikan kewarganegaraan, ekonomi, bahasa Indonesia dan Inggris,  olahraga, dan pendidikan agama, serta sosiologi. Ada pula satu mata kuliah baru yang ‘IPB banget’, judulnya Pengantar Ilmu Pertanian.

PIP-Kumpulan-Makalah

Buku yang mengubah cara pandang saya terhadap pertanian

Melihat daftar mata kuliah tersebut, banyak yang berseloroh bahwa TPB itu tak ubahnya SMA kelas 4. Seloroh ini memang banyak benarnya. Dosen matrikulasi saya menjelaskan, salah satu tujuan diterapkannya program TPB adalah untuk menyamakan kualitas/level/suhu mahasiswa baru yang berasal dari seluruh penjuru tanah air. IPB sadar betul bahwa kualitas pendidikan SMA tak bisa disamaratakan. Ada ketimpangan antara jawa dan non-jawa, kota  dan desa. Sehingga TPB diterapkan untuk menggerus perbedaan ini.

Tentang hal ini, saya mengaminkan. Sebagai mahasiswa dari SMA kampung, saya merasa kualitas dan kedalaman materi mata kuliah TPB jauh di atas dibandingkan apa yang saya terima semasa SMA. Meskipun bab materi yang dipelajari sama, mekanika klasik pada mata kuliah fisika katakan, saya merasa pengetahuan yang saya dapatkan tentang bahasan tersebut semasa SMA jauh dari kata cukup untuk disejajarkan dengan materi yang saya dapatkan di IPB.

Alasan lain yang membenarkan bahwa TPB itu SMA kelas 4 adalah, alokasi kelas yang mencampur mahasiwa antar berbagai jurusan. Jadi jangan bayangkan satu kelas isinya anak jurusan itu semua. Segala macam jurusan (dengan catatan yang akan saya jelaskan di bawah) ada dalam satu kelas. Singkatnya, TPB tak mengenal jurusan.

Meskipun mendapatkan mata kuliah dengan judul yang sama, dalam implementasinya materi yang diberikan tak persis sama antar rumpun fakultas. Pada angkatan saya 48*, seingat saya, terdapat pengelompokkan kelas TPB berdasarkan rumpun fakultasnya.  Rumpun ilmu yang bersentuhan langsung dengan pertanian seperti fakultas pertanian, kedokteran hewan, perikanan (kecuali ilmu teknologi kelautan (ITK)), peternakan, dan kehutanan (ditambah biologi) dilabeli dengan kode P. Rumpun ilmu eksak meliputi fakultas MIPA (kecuali biologi), teknik pertanian, dan ITK dengan kode Q. Rumpun ekonomi, yakni fakultas ekonomi dan manajemen dilabeli R, dan terakhir adalah kode S untuk fakultas ekologi manusia.

Perbedaan dikenakan pada level rumpun keilmuan tersebut. Contohnya, mahasiswa dengan kode kelas P hanya akan belajar mata kuliah matematika (namanya landasan matematika) selama satu semester. Di sisi lain, anak-anak Q mendapatkan Pengantar Matematika (PM) di semester 1, kemudian dilanjutkan dengan Kalkulus di semester 2. Landasa matematika boleh dibilang adalah versi ringkas dari gabungan PM dan Kalkulus. Contoh lain, meskipun anak kelas R juga mendapatkan fisika, mereka tak dibebani dengan praktikum (hanya kuliah teori saja), berbeda dengan anak-anak kelas Q.

Evolusi kurikulum TPB IPB

Disclaimer: bagian ini ditulis berdasarkan pengetahuan saya, yang saya dapat dari berbagai sumber: umumnya bersifat verbal dari mulut-ke-mulut. Jika terdapat informasi yang ternyata tidak sesuai dengan fakta, silakan komentar untuk saya perbaiki.

Kurikulum TPB seperti yang saya rasakan ternyata tak selalu demikian. Dari cerita seorang dosen kelas TPB saya, ternyata kurikulum TPB yang saya rasakan merupakan modifikasi dari yang pertama diberlakukan. Dulu, mahasiswa baru tingkat satu IPB belum memiliki identitas departemen/jurusan. Jadi murni statusnya mahasiswa TPB. Pemilihan departemen dilakukan di penghujung masa TPB. Dengan pertimbangan minat mahasiwa, performa akademiknya di TPB, dan daya tampung departemen yang ia pilih. Ya mungkin kurang lebih serupa dengan apa yang masih diterapkan di ITB.

Kemudian modifikasi dilakukan. Seperti saat ini, departemen sudah ditentukan semenjak mahasiswa masuk sebagai tingkat satu alias TPB. Namun, bedanya dengan kurikulum yang saya rasakan, mata kuliah TPB benar-benar disamaratakan, sama sekali tak mengenal departemen maupun rumpun fakultas. Entah itu mahasiswa proteksi tanaman atau ilmu gizi, semuanya wajib belajar fisika dengan praktikum, pun duo paket matematika: pengantar matematika dan kalkulus. Benar-benar identik satu sama lain. Sistem ini setahu saya berlaku hingga angkatan 47, alias satu tingkat di atas saya.

Kabarnya, evaluasi utama dari sistem yang terakhir saya sebutkan di atas adalah masukan dari kalangan mahasiswa yang berkaitan langsung dengan pertanian yakni rumpun fakultas dengan kode kelas P pada masa TPB saya. Mereka menyuarakan keberatan dengan melontar pertanyaan (retorik): apa gunanya mahir penurunan definisi turunan di kalkulus dengan teknik budidaya ikan?

Hmm. Benar juga ya.

Namun di sisi lain, suara yang mendukung kelanjutan sistem pendidikan yang bersifat generalis di TPB juga tak kalah kuat untuk dipertimbangkan. Berkat kurikulum universal TPB, waktu membuktikan lulusan IPB terkenal sangat fleksibel, membuat alumni IPB tersebar di berbagai industri di dunia profesional. Anak pertanian berkarya dalam dunia jurnalistik, pun  anak perikanan yang menjadi eksekutif perbankan, keduanya dan beragam kasus lain sangat lumrah ditemui di kalangan alumni. Maka boleh dibilang, sistem TPB lah yang membuat IPB mendapatkan kepanjangan lain: Institut Pleksibel Banget!

Singkat pasal, pada angkatan 48 sistem TPB dimodifikasi untuk mengakomodir jalan tengah di antara pendapat pro-kontra tersebut. Kalkulus dihapus dari kurikulum mahasiswa bidang pertanian (rumpun fakultas berkode P), mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen  (kode kelas R) bebas dari praktikum, dan  penambahan satu/dua mata kuliah di masing-masing departemen di semeser dua TPB adalah beberapa contoh bentuk modifikasinya.

Perkembangan selanjutnya, dengan kurikulum yang demikian, tingkat satu IPB tak sepenuhnya cocok dipanggil TPB lagi. Hal ini terutama untuk kata ‘Bersama’ yang mencerminkan penyamarataan total tanpa memandang departemen, sudah tak lagi dipenuhi pada sistem yang baru. Maka dari itu, pada angkatan 51, TPB berubah nama menjadi PPKU (Program Pendidikan Kompetensi Umum). Perubahan ini lah yang berlaku hingga kini.

Bersambung…

***

* FYI, nomor angkatan di IPB bukanlah tahun masuk , melainkan digit dirgahayu IPB yang akan diperingati pada periode TPB yang bersangkutan. IPB lepas dari UI pada tahun 1963. Tahun ini menandai dimulainya angkatan nomor 0. Jadi angkatan 48 mewakili tahun masuk 2011.

About pararawendy

Once A Dreamer, Always Be The One Lihat semua pos milik pararawendy

Tinggalkan komentar