Category Archives: Bait Hati

Dia Selalu Ada di Sana

Kau acapkali mengeluh

Marah, hidup penuh masalah, katamu kukuh

Entah sejak kapan, keyakinanmu mulai runtuh

Lantas, dengan lancang kau berani bertanya

“Dimana Tuhan, Kalau memang Dia ada?”

Oh, Maha Nyata keberadaan Tuhan, dengan dua sifat-Nya

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Dia selalu ada di sana, di antara keluhmu

Keluhmu yang berubah-ubah tiap waktu

Tak sadar kah dirimu?

Keluhmu yang selalu saja baru itu

Adalah tanda kasih sayang-Nya

Tanda campur tangan-Nya

Bahwa masalahmu tak pernah mengendap terlalu lama

Bahwa prahara selalu hanya sementara

Gusarmu tentang keberadaan-Nya

Hanya karena kau tak menyadari

Atau jangan-jangan, kau yang menutup diri?

Karena sungguh, Dia selalu ada di sana

Meliputi jeda antar dua masalahmu yang fana

 

Rijswijk, 4 Desember 2018


Terimakasih, Bapak

Dua tahun yang lalu, aku mengenalmu, tak sengaja dan bukan mauku. Adalah maumu tuk mengenalku, ditengah banyak orang mencemooh diriku. Maumu mengenalku saja sudah membuktikan kualitas dirimu: think positive.

19 Ramadhan 1436 Hijriah, kau membuatku mengerti bahwa seleksi masuk kerja adalah sesuatu yang (bisa) sangat staight-forward, hanya dengan wawancara 45 menit saja. 

23 Ramadhan 1436 Hijriah, kau mengirimku ke Sumatera, katamu perjalanan dinas kantor. Padahal, tau apa anak ingusan tanpa pengalaman mensosialisasikan produk kantor hanya dengan 3 hari bekerja? Sesaat setelahnya, aku sadar bahwa itu caramu agar aku bisa pulang kampung berlebaran dengan orang tua dan berbangga diri berkata “Bapak, Ibu, ini THR anakmu”. 

Kau yang menyuruh supirmu mengantarku ke rumahmu, dan memilih menumpang mobil kantor untuk pulang malam-malam.  Padahal bisa saja kau dengan segala otoritasmu menyuruhku berkereta saja ke Pasar Minggu, toh juga jauh lebih cepat dan punya hak apa aku menikmati fasilitasmu? Aku (juga) baru tersadar setelahnya, kau tidak ingin aku kelelahan, berjibaku dengan sesaknya kereta jam pulang kerja.

Dan seluruh kebaikan lain yang kau lakukan kepadaku.

Dan seluruh kebaikan lain yang kau lakukan kepadaku.

Jika hidup adalah terminal persinggahan, maka terlalu banyak hal baik yang engkau  perbuat di terminal singgah ini, tibalah sudah jadwal keberangkatan kendaraan yang kau pilih untuk pergi ke tujuan. 

Terimakasih, Bapak. 

Aku percaya Bapak bahagia di tujuan.


Matahari Jam Delapan

matahari jam 8

Cerah, tapi tak terlalu menyilaukan

Sebatas membuat kau malu-malu mengernyitkan alismu

Itulah matahari jam delapan…

 

Panas, tapi tak membakar

Sekadar membekas hangat saat mendarat di kulit arimu

Itulah matahari jam delapan…

 

Digdaya, tapi tau kadarnya

Usah sewenang-wenang menyakiti sesiapapun yang ada bawahnya

Itulah matahari jam delapan…

 

Punya segudang pelajaran, tapi tak menggurui

Hanya memburat hikmah yang seringkali tak kau sadari

Itulah matahari jam delapan…

 

Duhai elok nian engkau, matahari jam delapan

bolehkah aku mensejajari langkahmu?

Lanjutkan membaca