Salam, semua!
Di sela medan peperangan (setiap hari weekday adalah medan perang bagi para student di sini untuk nonstop bergelut dengan kuliah, buku dan artikel), sepertinya saya harus menyempatkan diri untuk mengabadikan kekonyolan yang terjadi hari ini. Sebab hari ini saya menyaksikan langsung betapa berbahayanya seseorang menerjemahkan suatu terminologi dalam suatu bahasa ke bahasa lainnya dengan buta, yakni menerjemahkan per kata tanpa memperhatikan konteksnya.
Hari ini saya menghadiri kuliah marketing. Sebagaimana kuliah rumpun ilmu bisnis pada seperti biasanya, metode perkuliahan yang digunakan adalah diskusi multi-arah. Dosen, mahasiswa satu dan lainnya terlibat aktif dalam diskusi kelas yang membahas dan memperdalam materi yang sedang diajarkan.
Saat materi bersinggungan dengan dengan topik seputar bagaimana teori marketing dapat diterapkan pada sektor wirausaha, terlontarlah pertanyaan menarik dari sang Dosen, “What method is significant to support marketing entrepreneur’s product?”
Kelas pun menyambut dengan antusias, ada yang menjawab “A”, lalu yang lain berkata “B”, namun sang dosen masih bertanya, “anything else?“. Seolah belum merasa puas dengan jawaban-jawaban yang dilontarkan murid-muridnya. Nah, disaat itu lah, Lanjutkan membaca