Catatan Awal Tahun

“Sesungguhnya sesuatu yang paling jauh dari diri kita adalah masa lalu” – Imam Al-Ghazali

Selamat tahun baru semuanya!

Apapun kesan relatif kita atas tahun 2018 yang baru saja kita tinggalkan (ada yang bilang “tak terasa ya 2018 terlewati begitu saja”, pun pasti ada yang bilang “akhirnya tahun kemarin bisa terlewati juga”), kenyataan mengatakan bahwa saat ini kita telah sama-sama berada di tahun baru 2019.

Saya sengaja mencukupkan ucapan selamat tahun baru di atas, tanpa menambahi embel-embel pertanyaan ikutan standar seperti “apa nih resolusi kalian di tahun ini?”. Sebab, bagi saya, somehow, pertanyaan tersebut sudah terlanjur hambar bagi saya. Tidak lagi meriah sebagai mana saya memaknainya dulu jaman masih muda kinyis-kinyis.

Benar lah beberapa quote yang dibagikan oleh teman-teman seangkatan saya di awal tahun kemarin, yang isinya kurang lebih mengatakan bahwa makin kesini segala hal tentang tahun baru tidak lah sesakral dulu, lengkap dengan menyusun daftar rinci bin teknis tentang resolusi fantantis dan bertekad angat-angat tai ayam akan menjadi sosok diri yang sama sekali baru, yang ditandai dengan momen sakral bernama pergantian tahun.

Kenyataannya adalah, pergantian tahun hanyalah bagian dari dinamika kontunuitas waktu. Karenanya, berharap terlalu banyak pada resolusi bermodalkan kesakralan momen tahun baru sudah berulang kali berakhir dengan kekecewaan pada diri. Itu lah yang setidaknya saya alami berkali, di tahun yang dulu-dulu. Kecewa karena harapan (resolusi) tak menemui kenyataan. Ujung-ujungnya, lebih banyak poin resolusi yang tidak tereksekusi, atau berjalan dengan tidak istiqomah, dibanding dengan sebaliknya.

Nevertheless, menjadi sosok yang lebih baik dari waktu ke waktu adalah kewajiban. Jadi poin yang ingin saya sampaikan adalah, dalam hal beresolusi, marilah kita menjadi agnostik dengan yang namanya tahun baru. Jadikan basis waktu resolusi kita harian, atau kalau bisa setiap saat, dengan berkeinginan menjadi sosok yang lebih baik. Selanjutnya, tekad besar ini akan menjabarkan sendiri bentuk konkretnya dalam tindakan kita sehari-hari. Contoh simpel: membuang sampah tidak lagi sembarangan.

***

Selanjutnya saya mau sedikit menuangkan uneg-uneg. Pada waktu-waktu ini, saya telah memasuki periode terakhir studi saya di Belanda. Seperti pada umumnya, saya akan mengisi semester ini dengan menulis thesis. Berkenaan dengan itu, alhamdulillah, saya mendapatkan posisi internship untuk master thesis saya, lengkap dengan supervisornya.

Akan tetapi, akhir-akhir ini saya merasa anxious. Sebabnya adalah, saya belum menemukan topik final spefisik (lebih tepatnya mungkin belum diputuskan bersama dengan supervisor) untuk dimulainya pengerjaan thesis.

The thing is, tema project magang yang saya dapatkan adalah tema riset yang boleh dibilang sedang sangat-sangat-sangat aktif alias hype. Mau tau? Saya kasih cuplikan sedikit ya. Makhluk itu bernama Reinforcement Learning. Kalian pernah dengar berita tentang kecerdasan buatan yang jago banget main game, sampai-sampai bisa mengalahkan pemain professional game tersebut? Kalau pernah, yak, itulah dia contoh produk dari reinforcement learning.

rl games

Contoh penerapan reinforcement learning untuk melatih agent bermain mario bross

Karena riset tentang reinforcement learning saat ini sedang aktif-aktifnya, begitu buanyaak paper-paper baru yang menunggu/menggoda untuk saya baca. Kenapa? karena reinforcement learning sendiri adalah sessuatu yang sama sekali baru bagi saya (tidak ada di materi perkuliahan). Jadi, saya harus membaca dua hal: literatur tentang konsep dasarnya dan  perkembangan-perkembangan terbarunya. Untuk yang terakhir, sumpah deh, buanyak banget, dengan interval waktu yang singkat,, i.e. semuanya masih anget fresh from the oven, ceunah! Sampai-sampai saya dan supervisor berkelakar: “There is a new paper about it in every minute passes by!“.

Meneliti sesuatu yang sedang berkembang dengan pesat ini menjadi pedang bermata dua bagi saya. Di satu sisi, ada banyak arah/aspek yang bisa dijadikan topik, karena semuanya baru (belum diteliti orang), anyway. Namun, di sisi lainnya. Ya ini ni, yang saya rasakan sekarang. Karena saking banyaknya promising directions, jadi bingung  mau membidik yang mana. Zzzz.

Baiklah, mungkin saya cukupkan dulu post kali ini. Sebab, masih banyak paper yang mengantri untuk saya baca, nih! 

Akhir kata, saya mohon doanya agar segera menemukan topik thesis yang pas ya! Sehingga rasa anxious yang saya rasakan saat ini bisa segera balik kanan bubar jalan.

Tot ziens~

About pararawendy

Once A Dreamer, Always Be The One Lihat semua pos milik pararawendy

Tinggalkan komentar