Category Archives: Gasebu

Jalan-Jalan ke Bazar Buku Gramedia #2

“Kapan ya kak, gramed ngadain bazar lagi di Botani Square? Kan tahun kemarin bazarnya deket-deket tanggal segini.” tanya saya ke Kak Afdi

“Iya nih, Par. Kapan ya? Semoga tahun ini ada lagi bazarnya ya.” Sahut Kak Afdi

Percakapan saya dengan kak Afdi sekitar seminggu lalu. Di suatu percakapan lain, beberapa hari kemudian

Senja nyeletuk “di Boker (Botani Square, red) lagi ada bazar buku lho”

“Ohiya Njaa?! Dari kapan?! Masih ada sampe sekarang?!” respon saya beneran gak nyante,Β excitedΒ banget

“Udah lama lho, Par. Dari sebelum puasa kemarin kayanya. Parara belum tau?” timpal Senja lagi.

Saya panik, takut gak sempat nyamperin bazar yang sudah saya incer-incer itu.

Rabu malam, sehabis shalat teraweh , saya bertemu dengan Arli. Dia tiba-tiba bilang pengen ke Boker, soalnya pengen nonton Transformers, plus katanya lagi ada bazar Gramed sampai hari Minggu ini. Naah! Bak peribahasa pucuk dicinta ulam tiba,Β saya langsung mengajaknya buru-buru kesana. Mengatur waktu, kami sepakat berangkat hari jumat sore, setelah Arli (dan ternyata juga saya) selesai ngajar.

Hari-H pun tiba, saya tiba-tiba gak sreg sama rencana mau berangkat hari itu. Soalnya, saya risau dengan nasib perut kamiΒ berbuka puasa dan teraweh kami. Takut berat di Lanjutkan membaca


Gasebu #2 Kiss The Lovely Face of God

Akhirnya, setelah sekian lama tertunda, saya berkesempatan untuk melanjutkan Gasebu Project saya. Maaf ya semuanya πŸ˜€

Gasebu kali ini mengambil buku Kiss The Lovely Face Of God karangan Mustafa Mastoor. Buku ini novel terjemahan. Sejatinya, saya tidak ada rencana sebelumnya untuk mengangkat buku ini sebagai objek Gasebu #2. Buku ini milik abang saya, Mas Dryo. Karena kemarin pas mudik lupa bawa buku, jadilah pas nemu buku ini di kamar abang langsung saya garap (wes koyo opo wae jal?). πŸ˜€

***
cover depan

cover depan

Tema yang Berat

Buku ini mengangkat tema yang berat, sangat berat malah, yakni tentang Tuhan. Buku ini mencoba Lanjutkan membaca


Gasebu #1 : Burlian

Optimize your fasting everyone! πŸ™‚

Alhamdulillah, siang ini saya berkesempatan untuk menuliskan artikel pertama project Gasebu.

***

Buku yang beruntung (beruntung? πŸ˜€ ) menjadi buku perdana di Gasebu adalah “Burlian”. Novel ini hasil karya salah satu penulis favorit saya, Tere-Liye. Bagi yang belum tahu, burlian merupakan bagian dari “Serial Anak-Anak Mamak”. Seial ini terdiri dari empat buku, burlian, pukat, elianana dan amelia.

sampul depan

sampul depan

Burlian secara garis besar bercerita tentang kehidupan seorang anak laki-laki (yang namanya sama dengan judul novel). Burlian adalah anak kedua Mamak. Ia memiliki dua kakak, Ayuk Eli (yang tertua) dan Pukat, juga seorang adik bernama Amelia. Layaknya novel-novel Tere-Liye lainnya, novel ini mengambil tema keluarga, perjuangan hidup dan kebijaksanaannya. Jadi jelas kalau novel ini bukan novel teenlit yang selalu sibuk sama cinta-cintaan yang menurut saya cenderung picisan :-P.

Sebagian besar isi novel ini menceritakan masa-masa SD Burlian. Masa kanak-kanak yang penuh kenakalan, petualangan dan menyenangkan. Untuk latar, novel ini mengambil latar sebuah kampung di pedalaman Palembang. Sedang untuk latar waktunya, penafsiran saya berkisar pertengahan tahun 80an hingga awal 90an. Jadi terbayanglah petualangan Burlian akan selalu dekat dengan alam.
Bab Favorit

Seperti novel-novel lain, Burlian tersusun dari bab-bab. Ada 24 bab, ditambah satu epilog. Nah bab yang menjadi favorit saya adalah bab 16 “Seberapa Besar Cinta Mamak – 1 “. Secara singkat, bab ini berisi tentang Burlian yang marah pada Mamak. Kemarahan tersebut terjadi karena Mamak tidak membelikan sepeda pada waktu yang telah dijanjikannya pada Burlian. Bukan, bukan mamak ingkar janji. Tapi keadaan yang yang belum mengizinkan. Uang yang telah diapkan Mamak tergunakan untuk keperluan uang gedung sekolah Ayuk Eli. Sisanya padahal masih cukup untuk membeli sepeda, tapi tetangga tiba-tiba meminjam uang tersebut, bilang anaknya sakit keras. Burlian tetap saja tidak terima alasan Mamak. Jadilah ia ngambek, berniat tidak akan tidur malam di rumah. Kemudian Bapak membujuknya masuk, bercerita tentang pengorbanan Mamak yang tak pernah ia tahu sebelumnya. Pengorbanan yang sungguh hebat. Saya jadi seperti melihat diri saya adalah Burlian…
Top Quotes

Begitu peula sekolah, Burlian, Pukat. Sama seperti menanam pohon… Pohon masa depan kalian. Semakin banyak ditanam, semakin baik dipelihara, maka pohonnya akan semakin tinggi menjulang. Dia akan menentukan hasil apa yang akan kalian petik di masa depan, menentukan seberapa baik kalian akan menghadapi kehidupan.

Kau tahu burlian? Dialah yang mengalahkan raja-raja hebat dunia. Menggerus gunung menjadi rata. Membuat daratan menjadi lautan. Dialah sang waktu.

Tidak ada demokrasi untuk orang-orang bodoh.

Jangan pernah membeci Mamak kau, Burlian… jangan pernah… karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kau, Amelia, Kak Pukat, dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinyabahkan belum sepersepuluh dari perngorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian.

Dunia ini tidak hitam-putih, Burlian. Lebih banyak abu-abunya. Jarang ada orang yang hatinya hitam sekali, dan sebaliknya juga susah mencari orang yang hatinya sempurna putih.

Ibroh

Banyak yang bisa diambil dari novel ini. Kebijakan hidup beserta idealismenya. Karena seperti biasa, pemahaman hidup-nya Tere-Liye keren sekali. Yakin saja setelah membaca novel ini, insya Allah kita menjadi pribadi yang lebih baik. Saya pribadi setelah membaca novel ini, jadi homesick -___-. Ingin segera mencium tangan Umi dan Abah di rumah. Umi, Abah, anakmu sayang kalian. πŸ™‚

recommended book :)

recommended book πŸ™‚


Jalan-Jalan ke Bazar Buku Gramedia di Botani Square

Halo semua!

Sekarang saya ingin cerita tentang kunjungan saya ke Bazar Buku Gramedia yang di gelar di Botani Square. Saya berkesempatan kesana kemarin, tanggal 6 Juli 2013. Padahal kata seorang teman, bazarnya sudah digelar dari tanggal 25 Juni kemarin -___-. Ya sudahlah, disyukuri saja, masih beruntung saya bisa kesana. πŸ™‚

Bemula dari obrolan lepas di kos kemarin pagi, kak Afdi, penghuni tertua di Cempaka 17, menyinggung tentang bazar buku di Botani Square. Ia kemudian dengan bangga bercerita telah berhasil membeli buku tentang istana negara yang tebal, besar dan full color dengan hanya 40 ribu perak, padahal pada harga normalnya mencapai ratusan ribu. What! Saya yang mendengarnya langsung tertarik untuk juga membelinya.

buku yang dibanggakan kak Afdi

buku yang dibanggakan kak Afdi

semua halamannya full color -___-

semua halamannya full color -___-

Saya beruntung. Teman sekamar, Viean, ternyata berencana untuk melancong ke Pekan Raya Jakarta dan memilih untuk menggunakan kereta untuk kesana. Jadilah, saya meminjam motornya untuk pergi ke Botani. Berangkat jam duaan, saya baru sampai di Botani jam setengah empat lebih. Bogor macet dimana-mana. Padalah saya sudah mencoba mencoba menghindarinya dengan memilih lewat jalur alternatif. Jalur alternatifnya juga macet -___-.

Sampai di Botani, saya langsung menuju ke lokasi bazar. Dan pemandangan ini lah yang saya dapati.

ramainya bazar

bazar tampak dari satu lantai di atasnya

ramainya bazar

ramainya bazar

suasa bazar, pengunjung sedang memilah-milih buku

suasa bazar, pengunjung sedang memilah-milih buku

Saya pun masuk ke arena bazar. Saya kaget, buku berserakan dimana-mana. Susunan bukunya tidak teratur, berantakan. Bahkan di beberapa rak, bukunya ada yang jatuh ke lantai, berserakan. Setelah melihat harga di beberapa buku, saya kemudian memahami mengapa bazar ini berantakan sekali. Buku-bukunya relatif sangat murah dan sangat banyak, jadi pengunjung dengan terlalu leluasa memilah-milih buku mana saja yang ia sukai. Saat ia pikir telah menemukan pilihan yang tepat, tapi kemudian di lain rak ia menemukan yang lebih baik, maka seketika itu ia taruh sembarangan buku pilihan awalnya tadi.

buku-buku yang dihambur begitu saja

buku-buku yang dihambur begitu saja

rak yang tidak rapi

rak yang tidak rapi

banyak buku yang jatuh dari raknya

banyak buku yang jatuh dari raknya

Sebagai gambaran harga di bazar ini, komik dihargai straight 3000 perak saja, banyak buku obral berharga goceng (5000, red) dan ceban (10000 red). Saya yang awalnya berencana mengikuti jejak Kak Afdi dengan membeli buku Istana itu, ternyata niat itu gagal saya wujudkan. Saya cari ke seluruh sudut arena bazar, saya tetap tidak menemukannya. Mungkin saya sudah kehabisan -____-. Jadilah saya kemudian berputar-putar, lama, sampai kaki saya lumayan pegal. Akhirnya saya memilih buku-buku inilah yang ideal untuk saya bawa pulang. Kedelapan buku ini ada dalam kisaran harga 5 ribu hingga 20 ribu πŸ˜€

kedelapan buku yang saya beli

kedelapan buku yang saya beli

Coba tebak berapa kocek yang saya habiskan untuk membeli kedelapan buku itu! Salah! Saya hanya mengeluarkan 85 ribu rupiah saja. Bukunya benar-benar murah! πŸ˜€

Dengan begini, stok buku saya untuk program Gasebu aman untuk delapan bulan ke depan. πŸ˜€

Setelah puas berada di mall, saya memutuskan untuk pulang. Di proses pulang, ada saja pula acara ‘kesasar’ -___-. Saya salah mengambil jalur. Angkot 03 yang menjadi panutan saya tiba-tiba hilang dari jalur yang saya lewati. Astaga! Saya panik, inilah akibatnya kalau naik angkot ke Botani saya hanya tau naik saja. Tidak memperhatikan rute yang dilewati -___-. Saya sempat menanyakan arah jalan menuju Dramaga kepada dua orang bapak-bapak sebelum akhirnya berhasil menemukan sedereran angkot 03. Semuanya terkendali! Horee! πŸ˜€


Gasebu (Gerakan Sebulan Sebuku)

Mulai bulan depan (a.k.a Juli 2013) Gerakan Sebulan Sebuku resmi direalisasikan!

Gerakan ini meliputi:

  • Menghadirkan satu buku (atau lebih) per bulan
  • Membaca buku
  • Mengambil ibroh (hikmah) dari buku
  • Membagi ibroh tersebut ke khalayak luas

Semoga bisa terlaksana dan istiqomah. amiiin..

i_love_reading_postcards-r97d66e6e6f634b08936367575b736ba6_vgbaq_8byvr_512