Another: Tips Belajar Menuju IPK Prima

Selamat malam semua! 🙂

Daripada bengong, yuk kita lanjutin yuk baca sequel (biar berasa film-film hollywood gitu) tulisan saya tentang materi soga gedung C2 kemarin.

Okay, seperti yang sudah kalian duga –bagi yang sudah baca tulisan sebelumnya (makanya baca woy!), tulisan kali ini seharusnya akan berisi tentang motivasi belajar menyongsong UAS. “Seharusnya”?. Ya, karena menurut saya –dan mungkin mayoritas dari kalian juga– mencari motivasi itu bukan hal yang mudah, begitupula dengan membuat materi agar orang termotivasi. Jadilah, dengan dasar penjelasan tersebut, saya sedikit melakukan improve-isasi dengan agak melebarkan topik menjadi “bagaimana cara belajar yang baik”. Semoga tidak mengurangi kebermanfaatannya yaa. 🙂

***

 

UAS is coming up. Are you ready?

UAS is coming up. Are you ready?

Sudah minggu perkuliahan keberapa sekarang? Kelima bukan? Artinya, kurang dari 20 hari lagi kalian (mentang-mentang sudah sarjana pake kata “kalian”) akan menghadapi ritual rutinan sebelum menjejak semester baru: UJIAN AKHIR SEMESTER. Bagaimana persiapan UAS kali ini, adik-adikku (songong)? Harusnya sih sudah mulai dicicil segala persiapannya ya. Mulailah meng-intens-kan diri dengan diktat-diktat, binder-binder dan segala aksesori pendukung lainnya Ciieee aksesoris.

Duduk yang manis, kakak sudah menyiapkan tips belajar yang tak ada salahnya untuk kalian coba. 🙂

Pertama, jangan pernah SKS!

Slide8Adalah naif berkata bahwa cara belajar Sistem Kebut Semalam adalah sesuatu yang asing bagi mahasiswa IPB. Sebab faktanya, SKS hampir pasti menjadi opsi yang banyak dipilih oleh mereka yang tak memahami ngawur-nya cara belajar seperti ini (atau sebenarnya paham, tapi abai dan menyalahkan tidak ada waktu untuk tidak ber-SKS?). Apapun alasannya, yang jelas adalah SKS itu tidak bisa dibenarkan!

Kemudian, mungkin, ada di antara kalian yang berpikir seperti ini “ah, gue SKS aja ah. Gue dulu pas SMA juga SKS aman aman ae, masih bisa sepuluh besar,  masih kompetitif, dan gue bisa masuk IPB”. Menurut saya, justifikasi ini konyol sekali. Pernahkah kalian (orang-orang yang berpikiran seperti ini, red) membandingkan kepadatan materi antara zaman sekolah, katakan SMA dulu, dengan yang sekarang kalian dapat di bangku kuliah? Bukankah nyata sekali ketimpangannya?

Dulu waktu saya SMA, saya ingat betul, rata-rata dalam setiap mata pelajaran, satu bab materi biasanya memakan waktu sampai sebulan untuk di-khatam-kan. Belum lagi saat kebagian guru yang hobinya cerita ini-itu, bisa sampai dua bulan satu bab itu baru akan tuntas. Sekarang lihat kontrak perkuliahan kalian! Yang akan kalian dapati adalah fakta bahwa satu bab rata-rata hanya diagendakan tuntas dalam satu kali pertemuan, which is satu minggu. Dua bulan itu artinya setara dengan materi satu sesi (UTS/UAS). Jadi sekarang kebayang ya, betapa tidak apple-to-apple-nya menyamakan zaman SMA dulu dengan sekarang.

So, i think it’s clear now, delete SKS from your vocabulary then!

Kedua, belajarlah dari soal-soal tahun lalu.

Slide9

Saya rasa bukan rahasia mewah lagi bahwa soal ujian itu mempunyai kemiripan dengan soal-soal tahun sebelumnya. Bahkan ada beberapa mata kuliah yang soalnya tak jarang sama persis dengan soal-soal tahun sebelumnya, serius. Atas dasar ini, kumpulkan lah bundel soal-soal tahun lalu dan belajarlah dari sana! Bagi saya, soal-soal tahun lalu adalah aksesori wajib yang haram hukumnya jika diabaikan. Idealnya sih atleast 3 bundel soal edisi sebelumnya  dipegang (bener yak, pegang aja cukup yak ga usah dibaca). Misalnya untuk menghadapi UAS tahun ini, 2015, harusnya minimal soal-soal tahun 2012, 2013 dan 2014 sudah ada di antara tumpukan kertas di meja belajar kalian. 🙂

Sedikit lebih detil, semakin dekat dengan hari-H, saya biasanya akan semakin meningkatkan proporsi mempelajari soal-soal tahun lalu. Dan, biasanya lagi, saya menyisakan satu bundel soal tahun lalu untuk dikerjakan pada malam sebelum hari-H. Hitung-hitung simulasi ujian untuk keesokan harinya, melatih refleks jari-jari untuk menuliskan jawaban.

Ketiga, belajar bersama itu lebih baik.

Slide10Tak jarang, ada matakuliah-matakuliah yang lebih menyebalkan (sulit, red) dibandingkan yang lainnya. Lantas performa kita tak kunjung memuaskan di matakuliah-matakuliah tersebut. Cara menyiasatinya adalah menemukan tentor! Ajaklah teman kita yang kita anggap lebih mampu dari kita, untuk belajar bersama. Sepanjang teman yang kalian daulat sebagai tentor itu tak terlampau jahat dan undangan kalian cukup sopan, saya yakin pasti berhasil. 🙂

Sebenarnya, belajar bersama seperti ini menguntungkan kedua belah pihak, macam simbiosis mutualisme gitu. Jika manfaat yang didapat mereka yang diajari sudah jelas. Maka manfaat dari mereka yang mengajari sebenarnya sangat nyata. Salah satunya adalah dengan mengajari teman-temannya, ia secara tak langsung telah melakukan reviu untuk matakuliah yang bersangkutan. Kemudian, tak jarang, dari forum belajar-bareng tadi, biasanya muncul pertanyaan-pertanyaan yang belum kita sadari ternyata penting –dan kita belum sempat belajar tentangnya. Buahnya, kita dapat semakin memperdalam materi dan semakin siap menghadapi ujian!

Keempat, perbanyak doa.

Slide11Tak usah berpanjang kata menjelaskan poin keempat ini. Sebab secara aksiomatik (tak terbantahkan, sudah sangat jelas, red), kita sebagai insan yang beragama, yang mengimani adanya Dia yang telah mengatur semuanya, perlu untuk bermunajat. Perbanyaklah memohon kemudahan dari-Nya. Sebab tak jarang pula, saat kita sudah menyiapkan semuanya dan kita rasa prima, muncul sesuatu diluar dugaan yang tak pelak membuyarkan harapan kita mendapatkan hasil yang baik.

Kelima, jangan lupa mengabari orang tua.

Slide12

Tips terakhir ini menurut saya juga tak kalah pentingnya. Mungkin nyaris semua dari kalian sudah mempunyai pengalaman masing-masing yang membuktikan betapa powerful-nya doa orangtua. Karenanya, jangan sepelekan. Agendakan untuk menelpon beliau-beliau, atau bahkan bisa salim langsung bagi yang rumahnya relatif dekat dari kampus. Mintalah restu dari mereka dengan sepenuh hati.  

***

Okelah, itulah dia tips belajarnya. Semoga bermanfaat. Ohiya, agar tulisan ini tak sepenuhnya melenceng dari topik “memotivasi”. Harusnya, fakta bahwa orang yang mengatakan tips belajar ini –dengan izin-Nya– berhasil meraih IPK 4.00 bisa memotivasi kalian untuk menerapkan, atau bahkan membuktikannya! 🙂

Sekian, selamat berjuang pejuang peradaban! (diksi MPKMB banget 😀 )

Laa haula walaa quwwataa, illaa billaah

 

 

About pararawendy

Once A Dreamer, Always Be The One Lihat semua pos milik pararawendy

Tinggalkan komentar