Lunas Sudah Jual-Belimu dengan-Nya, Roger

Salam, dan selamat malam semuanya.

roger

Malam ini, mari kita berkenalan dengan seorang sosok sederhana nan kisahnya melelehkan hati. Yang mana sosoknya, gerangan? Betul, mari kita berkenalan dengan sosok yang ada pada foto di atas.

Roger, begitu ia biasa disapa oleh segenap civitas akademika IPB. Civitas akademika katamu? Apakah beliau dosen? Tidak, tidak, beliau bukanlah seorang dosen atau yang dekat dengan itu. Beliau adalah asongan yang setia menjajakan dagangannya di kawasan kampus IPB Dramaga.

Membicarakan kepopuleran Roger di IPB, seolah sebelas-dua belas saja dengan membicarakan kepopuleran Rektor kami tercinta, Prof. Herry Suhardiyanto. Mengapa bisa? Mungkin penjelasan yang paling sederhananya adalah karena cara Beliau (Roger) menjajakan dagangannya. Beliau ini cara jualannya tiada dua. Beliau berjalan kaki mengelilingi kampus, dari satu fakultas ke fakultas lain, dari satu koridor ke koridor lain, dari satu kelas ke kelas lain, beliau datang, masuk dan menawarkan dagangannya kepada segenap mahasiswa yang ada di kelas tersebut. Ditambah, Beliau memiliki jargon-jargon ciri khas saat menjajakan dagangan. Jargon-jargon yang terlalu pekat, terlalu identik merujuk pada sosok Beliau, sosok Roger. Jadi karena inilah, bisa dikatakan semua mahasiswa IPB mengenali Beliau.

Lalu, apa gerangan dagangan Beliau?

Siap-siap lah menahan napas sejenak.

Pulsa elektrik.

.

.

.

Betul, produk andalan Beliau sehari-hari berkeliling kampus IPB adalah pulsa elektrik. Bermodalkan ponsel Nokia jadul yang dikalungkan di leher, Beliau tak alpa mengayunkan ribuan langkah menyusuri fakultas-fakultas, koridor-koridor, kelas-kelas, setiap harinya.

Mari melihat dari sudut pandang objektif. Di zaman seperti sekarang ini, tahun 2016, zaman dimana semua hal menjadi semakin praktis dan semakin mudah diakses. Pas sekali jika kita mengambil contoh masalah sepele macam urusan “mengisi pulsa”. Dan agar bahasan kita semakin in-line dengan topik pembicaraan kita kali ini, mari berbicara dalam perspektif seorang mahasiswa IPB . Saat ini, urusan mengisi pulsa bagi seorang mahasiswa IPB bukanlah sesuatu yang rumit. Sama sekali bukan.

Seorang mahasiswa yang berniat untuk melakukan isi ulang pulsa ponselnya, cara pertama ia dapat langsung “ngesot” ke counter pulsa terdekat dari kostnya, yang banyak bertebaran di mana-mana. Anak Bara-Bateng-Balio-Balebak dan sekitarnya (daerah daerah kost di sekitar IPB) tinggal ‘keluar pintu’ untuk sampai di counter terdekat, anak perwira juga demikian,  anak asrama ada Kopma (Koperasi Mahasiswa), bahkan anak perumdos (perumahan dosen) tinggal jalan sebentar ke Soka Buntu (mahal), atau agak jauhan sedikit ke Gor Lama kalau mengejar harga yang kompetitif.

Cara kedua, tidak jarang pula saya temui teman-teman mahasiswa yang sudah rutin ke ATM untuk melakukan ritual isi ulang pulsa ponselnya. Walaupun cara ini relatif tak sepraktis mendatangi counter, cara ini mulai digemari mahasiswa karena harganya yang lebih murah daripada counter. Sikon (situasi dan kondisi) pun mendukung, mesin ATM melimpah ruah di sudut-sudut kampus IPB.

Cara ketiga, sekaligus cara yang setau saya paling digemari mahasiswa IPB, adalah beli dari teman yang jual pulsa. Betapa tidak? IPB adalah salah satu (menurut saya kampus nomor satu) kampus yang paling banyak memiliki wirausahawan berstatus mahasiswa. IPB adalah kampus entrepreneur. Iklim wirausaha yang kental dipadukan dengan modal bisnis jualan pulsa yang sangat murah (50 ribu pun sah sudah jadi pebisnis pulsa All Operator) menjadi alasan yang sangat pas menjelaskan banyaknya mahasiswa yang menyambi berbisnis pulsa. Nyaris disetiap departemen, tiap angkatan, pasti saja ada satu atau bahkan lebih yang menyandang gelar ini. Gayung bersambut, mahasiswa mahasiswa berbisnis pulsa ini diminati oleh teman-temannya yang mendamba kepraktisan. Betapa tidak praktis? Kalau proses pembeliannya bisa dilakukan tanpa berpindah tempat, hanya bermodalkan teriakan di kelas “Eh, gue beli pulsa dong” bahkan pesan via Whatsapp ponsel teman “Eh, si Anu beli pulsa goceng katanya, besok pas kelas Kalkulus dibayar. Okee”.

Jadi, agaknya jelas sudah bahwa model bisnis Roger cenderung kalah saing, kurang marketable. Ditambah, di sisi lain, adalah keniscayaan bahwa bisnis pulsa memang sudah tidak semenjanjikan seperti dulu, pertengahan tahun 2000-an.

“Hai Jud, Pulsa dong”

“Eh Ganteng, pulsa pulsa”

“Assalamualaikum, cek pulsa sebelum jauh”

Begitulah kira-kira jargon yang selalu Beliau serukan tanpa kecanggungan di sepanjang langkah kaki mengitari kampus…

***

Terlepas dari itu semua, sosok Roger adalah sosok yang sangat religius. Awalnya, saya hanya mendengar dari teman bahwa kehidupan agama Roger sangat kontras dengan pembawaannya saat menjajakan dagangan yang terkesan (sekali lagi, hanya terkesan) urakan dan cenderung tidak tertib. Sampai akhirnya saya melihat sendiri betul lah sudah apa kata teman saya tersebut. Beliau ini orangnya ternyata sangat religius, santun dan baik hati. Banyak mahasiswa yang dinasihati oleh Beliau, di ajak shalat di musholla terdekat saat adzan berkumandang, dan masih banyak yang lain. Dari kisah teman, Beliau sempat mengutarakan (dengan gaya khasnya yang nyablak santai) mimpinya untuk menjadi tamu Allah, untuk umroh.

Hanya satu hal yang tersimpul dalam benak saya setelah beberapa semester mengenal sosok Beliau. Apakah itu?

Beliau tulus menjalankan profesinya. Tak sedikitpun gurat keluh, rungsing, gelisah, marah, bahkan kekecewaan tersirat dalam raut wajah Beliau yang mulai keriput itu.

Saya haqqul yakin dengan kesimpulan saya itu. Sosok Beliau sungguh merupakan contoh hidup bagaimana bersikap “Qana’ah”, merasa cukup dengan segala nikmat dari-Nya.

***

Singkat cerita, pertengahan minggu lalu, ada sekelompok aktivis  yang menggagas penggalangan dana untuk Roger mewujudkan mimpi umrohnya melalui kitabisa.com, sebuah platform online penggalangan dana untuk kegiatan-kegiatan humanis. Dan ya, keajaiban itu pun terjadi. Tidak sampai dua hari, target dana 30 juta terlampaui. Dan sampai saat tulisan ini diketik, tercatat sebesar

Rp 113.118.906

dana terkumpul untuk Beliau, untuk Seorang Roger.

Rogerr

Berdasarkan informasi terakhir yang saya dapat, insya Allah Roger akan berangkat bulan April ke Tanah Suci. Sedangkan sisa dari ongkos umrohnya akan diserahkan sepenuhnya kepada Beliau, yang katanya hendak digunakan sebagai modal usaha.

Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar…

Saya sungguh terharu dengan kisah Seorang Roger ini. Benar lah sudah firman-Nya:

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka niscaya Allah akan memberinya jalan keluar, dan memberikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya.” Q.S At-Talaq 2-3

Oh, sungguh lunas sudah seluruh jual-belimu pada-Nya, Pak Cecep Hidayatullah (nama asli Roger)…

About pararawendy

Once A Dreamer, Always Be The One Lihat semua pos milik pararawendy

8 responses to “Lunas Sudah Jual-Belimu dengan-Nya, Roger

Tinggalkan komentar