Salam, semua!
Selamat berkhidmat, menikmati ibadah di penghujung bulan ramadhan ya teman!
Per tulisan saya yang terakhir bulan lalu, saya sebenarnya sengaja berniat untuk hiatus menulis blog untuk jangka waktu beberapa bulan. Muasalnya, sikon saya yang sedang genting. Ikhwal kegiatan di akhir masa studi master saya di sini. Apalagi kalau bukan thesis?
Mencurahkan uneg-uneg, saya ingin berbagi informasi tentang perbedaan (baca: ketimpangan) kualitas pendidikan tinggi matematika antara Indonesia dan Belanda. Usah membahas yang lain, kali ini saya ingin menyoroti perbedannya dalam hal standar tugas akhir. Bernama skripsi untuk S1, thesis untuk S2, dan disertasi untuk S3.
Di Indonesia, setidaknya yang saya alami dan ketahui, standarnya adalah demikian. Skripsi itu hanyalah berisi aplikasi/terapan satu subjek yang tak dipelajari di kelas. Dengan kata lain, tujuan skripsi sebenarnya hanyalah menguji kemampuan belajar mandiri mahasiswa.
Untuk jenjang master, standar kelaikan muatan thesis adalah: menerapkan satu metode matematik pada persoalan baru, dan menjawab pertanyaan “mengapa menggunakan metode tersebut?”. Sedangkan, untuk disertasi, standarnya tentu saja lebih tinggi. Yaitu, berkontribusi mengembangkan teori baru.
Di Belanda, standarnya lebih tinggi. Untuk jenjang sarjana saja, Lanjutkan membaca